memoriez to share

Why we should go to Church  

Minggu, 18 Mei 2008

Cerita 1

Seorang Kristen menulis surat kepada Editor sebuah surat kabar dan
mengeluhkan kepada para pembaca bahwa dia merasa sia-sia pergi ke
gereja setiap minggu.
Tulisnya, "saya sudah pergi ke gereja selama 30 tahun dan selama itu
saya telah mendengar 3000 khotbah. Tapi selama hidup, saya tidak bisa
mengingat satu khotbah pun. Jadi saya rasa saya telah memboroskan
begitu banyak waktu - demikian pun para pastor itu telah memboroskan
waktu mereka dengan khotbah-khotbah itu."

Surat itu menimbulkan perdebatan yang hebat dalam kolom pembaca.
Perdebatan itu berlangsung berminggu-minggu sampai akhirnya ada
seseorang yang menulis demikian: "Saya sudah menikah selama 30 tahun.
Selama ini istri saya telah memasak 32.000 jenis masakan. Selama hidup
saya tidak bisa mengingat satu pun jenis masakan itu yang dilakukan
istri saya. Tapi saya tahu bahwa masakan-masakan itu telah memberi
saya kekuatan yang saya perlukan untuk bekerja. Seandainya istri saya
tidak memberikan makanan itu kepada saya, maka saya sudah lama
meninggal."

Sejak itu tak ada lagi komentar tentang khotbah.

------------ --------
Cerita 2

Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah.
Mereka adalah anak-anak muda - anak muda yang sangat cerdas dan sering
menggoda nenek mereka.
Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek
masih pergi ke gereja pada hari minggu?"
"Tentu!"
"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu
kami tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek
menyukainya. "
"Lalu apa khotbah dari pastor?"
"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah.
Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi
kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu."
Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak
mendapatkan sesuatu dariNya?"
Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana termenung.
Dan anak-anak lain tampak menjadi malu.
Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua
duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur."

Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan
memberikannya kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan
isilah dengan air, lalu bawa kemari!"
"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu?
Air didalam tas rajutan....!
"Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Tom.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan.
Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."

Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas
yang bertetes-teskan ..
"Lihat,nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."
"Benar," katanya.
"Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang.
Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang
baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya. "
------------ --------

Cerita 3

KISAH NATAL

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah
takhayul belaka.
Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan
tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang
lain.
Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap
gereja di hari Natal . Dia sunguh-sungguh tidak percaya.
"Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria
itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.
"Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia.
Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya "

Pada malam Natal , istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian
tengah malam di gereja.
Pria itu menolak untuk menemani mereka.
"Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya.
"Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu sampai
pulang."

Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun.
Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu
berjatuhan.
Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca
surat kabar.
Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan.
Bunyi itu terulang tiga kali.
Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah
jendela rumahnya.
Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan
sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin.
Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca
jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.

Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini,
pikir pria itu.
Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka?
Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya.
Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat.
Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda
tersebut.
Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi
burung-burung itu tidak masuk ke dalam.
Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya.
Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti
dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang.
Tapi ia sungguh terkejut.
Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus
melompat-lompat kedinginan di atas salju.

Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba,
tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah
menjauhi kandang yang hangat itu.
"Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan,"
kata pria itu pada dirinya sendiri, "dan saya tidak dapat memikirkan
cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya.
Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit,
mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman."

Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi.
Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi
lonceng itu menyambut Natal yang indah.
Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang saya
mengerti," bisiknya dengan terisak.
"Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."

AddThis Social Bookmark Button


 

Design edited by si9o